Rabu, 29 Maret 2017

Hukum Bunga Bank Di Sedekahkana

Apa hukumnya bunga bank yang tidak pernah kita gunakan, tapi akhirnya kita ambil untuk disedekahkan. Apakah boleh?

*Jawaban :*

Dalam kitab Al Asybah Wan Nadzo'ir dikutip sebuah Fatwa dari Ibnu Sholah bahwasanya ketika harta kita bercampur dengan harta haram dan kita tidak bisa membedakan antara yang halal dengan yang haram, maka kita harus memisahkan kadar yang halal dari yang haram, dan kita boleh memakai harta yang halal [yang sudah dipisahkan].

Kemudian setelah itu, kita wajib mengembalikan harta yang haram [sisanya] kepada pemiliknya, atau wakilnya. Apabila pemiliknya sudah meninggal maka kita bisa menyerahkan kepada Ahli Warisnya. Dan apabila kita kesulitan untuk mencari pemiliknya atau Ahli Warisnya -sebagaimana bunga bank, riba- maka kita bisa memberikannya kepada hal-hal yang mengandung Maslahat yang kembali kepada Muslimin, seperti pembangunan jalan, masjid, madrasah pondok pesantren dls. Jika tidak maka boleh diserahkan kepada orang-orang Fakir dan miskin dari Muslimin.

Dan kita juga perlu tahu, bahwa ketentuan diatas hanya untuk membebaskan diri kita dari  dari uang haram yang ada pada kita [Taubat], bukan sedekah dari kita. Oleh karenanya disini tidak ada pahala sedekah yang akan kembali kepada kita. Dan sebab sedekah dari  uang haram tidak akan diterima.

Sebagaimana dalam sebuah Hadits disebutkan :

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من اصاب مالا من ماثم فوصل به رحما او تصدق به انفقه في سبيل الله جمع الله جميعه ثم قذفه فى النار

Rasulullah saw bersabda : barang siapa yang memperoleh harta dari pekerjaan dosa/haram, kemudian ia pergunakan harta itu untuk menyambung kerabat atau disedekahkan di jalan Allah swt, maka Allah swt akan mengumpulkan semuanya dan melemparkannya ke Neraka.

الأشباه والنظائر : ص : ٧٥
وفي فتاوى ابن الصلاح : لو اختلط درهم حلال بدراهم حرام . ولم يتميز فطريقه : أن يعزل  قدر الحرام بنية القسمة . ويتصرف في الباقي ، والذي عزله إن علم صاحبه سلمه إليه ، وإلا تصدق به عنه ، وذكر مثله النووي وقال : اتفق أصحابنا ، ونصوص الشافعي على مثله فيما إذا غصب زيتا أو حنطة . وخلط بمثله ، قالوا : يدفع إليه من المختلط قدر حقه . ويحل الباقي للغاصب .

المجموع شرح المهذب ج ٩ ص ٣٥١
ﻓﺮﻉ : ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻪ ﻣﺎﻝ ﺣﺮﺍﻡ ﻭﺃﺭﺍﺩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﺍﻟﺒﺮﺍﺀﺓ ﻣﻨﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﻣﺎﻟﻚ ﻣﻌﻴﻦ ﻭﺟﺐ ﺻﺮﻓﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺃﻭ ﺇﻟﻰ ﻭﻛﻴﻠﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻴﺘﺎ ﻭﺟﺐ ﺩﻓﻌﻪ ﺇﻟﻰ ﻭﺍﺭﺛﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻤﺎﻟﻚ ﻻ ﻳﻌﺮﻓﻪ ﻭﻳﺌﺲ ﻣﻦ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺼﺮﻓﻪ ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻛﺎﻟﻘﻨﺎﻃﺮ ﻭﺍﻟﺮﺑﻂ ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻣﺼﺎﻟﺢ ﻃﺮﻳﻖ ﻣﻜﺔ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻳﺸﺘﺮﻙ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﻭﺇﻻ ﻓﻴﺘﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻓﻘﻴﺮ ﺃﻭ ﻓﻘﺮﺍﺀ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﻔﻴﻔﺎ ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻔﻴﻔﺎ ﻟﻢ ﻳﺠﺰ ﺍﻟﺘﺴﻠﻴﻢ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﺈﻥ ﺳﻠﻤﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺻﺎﺭ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﺿﺎﻣﻨﺎ ﺑﻞ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺤﻜﻢ ﺭﺟﻼ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻠﺪ ﺩﻳﻨﺎ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻓﺎﻥ ﺍﻟﺘﺤﻜﻢ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺍﻻﻧﻔﺮﺍﺩ ﻓﺈﻥ ﻋﺠﺰ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﺗﻮﻻﻩ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺮﻑ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﻭﺇﺫﺍ ﺩﻓﻌﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﺮﺍﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ ﺑﻞ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﻼﻻ ﻃﻴﺒﺎ ﻭﻟﻪ ﺃﻥ ﻳﺘﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻋﻴﺎﻟﻪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻓﻘﻴﺮﺍ ﻷﻥ ﻋﻴﺎﻟﻪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻓﻘﺮﺍﺀ, ﻓﺎﻟﻮﺻﻒ ﻣﻮﺟﻮﺩ ﻓﻴﻬﻢ ﺑﻞ ﻫﻢ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﻳﺘﺼﺪﻕ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻟﻪ ﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻨﻪ ﻗﺪﺭ ﺣﺎﺟﺘﻪ ﻷﻧﻪ ﺃﻳﻀﺎ ﻓﻘﻴﺮ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻔﺮﻉ ﺫﻛﺮﻩ ﺁﺧﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﻭﻫﻮ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻮﻩ ﻭﻧﻘﻠﻪ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺃﻳﻀﺎ ﻋﻦ ﻣﻌﺎﻭﻳﺔ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻋﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻭﺍﻟﺤﺎﺭﺙ ﺍﻟﻤﺤﺎﺳﺒﻲ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻮﺭﻉ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﺗﻼﻑ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﺭﻣﻴﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻓﻠﻢ ﻳﺒﻖ ﺇﻻ ﺻﺮﻓﻪ ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ

 

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

maqolun náhihuin
Lihat profil lengkapku