*WASPADA HADITS-HADITS LEMAH & PALSU SEPUTAR RAJAB*
Amalan-amalan yang dikhususkan di bulan Rajab pada tanggal-tanggal tertentu, seperti puasa atau shalat di awal bulan, pertengahan atau akhir bulan lengkap dengan berbagai fadhiilah atau keutamaannya, semua itu tidaklah dibangun di atas riwayat-riwayat yang shahihah. Bahkan berdasarkan riwayat-riwayat lemah (dha'iif) atau palsu (maudhuu'). Dan telah kita ketahui bersama, sengaja berdusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam dengan menyebarkan hadits palsu maka ancamannya di neraka, sekalipun baik niatnya.
Di antara hadits palsu berkenaan dengan keutamaan amalan di bulan Rajab yang telah tersebar di masyarakat ialah:
من صام ثلاثة أيام من رجب كتب الله له صيام شهر، ومن صام سبعة أيام من رجب أغلق الله سبعة أبواب من النار، ومن صام ثمانية أيام من رجب فتح الله له ثمانية أبواب من الجنة...
"Barangsiapa yang berpuasa tiga hari di bulan Rajab, maka Allah akan mencatat baginya puasa selama sebulan penuh. Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari di bulan Rajab, maka Allah akan menutup baginya tujuh pintu neraka. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari di bulan Rajab, maka Allah akan bukakan baginya delapan pintu surga..."
Al-Imam Ibnul Jauzi memasukkan hadits ini dalam kitab beliau yang berjudul "Al-Maudhuu'aat" 2/206. Berhubung pada sanadnya ada seorang rawi yang bernama Aabaan, ia dicela keras oleh Syu'bah bin Al-Hajjaaj. Dan menurut Imam Ahmad, An-Nasaa'i, Ad-Daaruquthni, "Ia rawi yang matruuk". Kemudian dalam sanadnya juga ada 'Amr bin Al-Azhaar. Imam Ahmad berkata, "Ia pemalsu hadits", An-Nasaa'i berkata, "Ia matruuk", Ad-Daaruquthni berkata, "Ia pendusta", Ibnu Hibbaan berkata, "Ia memalsukan hadits atas nama para perawi terpercaya".
Hadits palsu lainnya seperti, "Rajab adalah bulan Allah, Sya'baan bulanku, Ramadhaan bulan umatku." Dan masih banyak lagi lafal-lafal palsu lainnya, yang bahkan hanya sekedar mengingatkannya kepada orang lain dianggap seperti beribadah selama 80 tahun!
Berikut ini kami nukil keterangan para ahli dari kalangan Ulama Ahli Hadits dan Ahli Fiqh umat ini, berkenaan dengan amalan-amalan khusus di bulan Rajab serta keutamaannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan:
أما صوم رجب بخصوصه فأحاديثه كلها ضعيفة ، بل موضوعة ، لا يعتمد أهل العلم على شيء منها ، وليست من الضعيف الذي يروى في الفضائل ، بل عامتها من الموضوعات المكذوبات . . . وفي المسند وغيره حديث عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه أمر بصوم الأشهر الحرم : وهي رجب وذو القعدة وذو الحجة والمحرم . فهذا في صوم الأربعة جميعا لا من يخصص رجبا “
“Adapun mengkhususkan puasa di bulan Rajab, maka hal itu semuanya berdasarkan hadits-hadits dha’iifah (lemah), bahkan maudhuu’ah (palsu), para Ulama tidak berpegang dengan hadits-hadits tersebut. Dan bukan sekedar dha’if riwayat-riwayat yang menerangkan tentang keutamaan-keutamaan puasa di bulan Rajab, keumumannya riwayat-riwayat palsu dan dusta… Kendati demikian dalam "Al-Musnad" dan selainnya terdapat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam yang memerintahkan puasa di bulan-bulan haram, di antaranya Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram. Dan ini kaitannya dengan berpuasa pada empat bulan secara bersamaan, bukan dikhususkan untuk bulan Rajab semata.” (Majmuu’ Fataawa 25/290 – secara ringkas)
Al-Imam Ibnul Qayyim menegaskan:
كل حديث في ذكر صيام رجب وصلاة بعض الليالي فيه فهو كذب مفترى
“Semua hadits yang menyebutkan puasa di bulan Rajab dan shalat pada sebagian malamnya, itu semua berdasarkan hadits-hadits yang dusta.” (Al-Manaarul Muniif: 96)
Al-Haafidzh Ibnu Hajar Al-‘Asqalaani (salah seorang ahli hadits yang bermadzhab Syaafi’i) menegaskan:
لم يرد في فضل شهر رجب ولا في صيامه ولا صيام شيء منه معين ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة
“Tentang keutamaan bulan Rajab dan keutamaan berpuasa padanya dan keutamaan berpuasa pada hari-hari tertentu di dalamnya dan mengkhususkan shalat malam padanya, semuanya tidak diriwayatkan dari hadits yang shahih dan tidak bisa dipakai untuk berhujjah.” (Tabyiinul ‘Ajab 11)
Sayyid Saabiq menegaskan:
وصيام رجب ليس له فضل زائد على غيره من الشهور إلا أنه من الأشهر الحرم ولم يرد في السنة الصحيحة أن للصيام فضيلة بخصوصه وأن ما جاء في ذلك مما لا ينتهض للاحتجاج به
“Berpuasa di bulan Rajab tidaklah memiliki keutamaan yang lebih atas bulan-bulan lainnya, melainkan bulan Rajab itu sebatas bagian dari bulan-bulan haram. Dan tidak diriwayatkan dalam hadits yang shahih bahwa puasa di bulan Rajab memiliki keutamaan yang khusus (istimewa). Sesungguhnya hadits-hadits yang meriwayatkan tentang hal itu tidak dapat dipakai untuk berhujjah dengannya.” (Fiqhus Sunnah 1/383)
Al-‘Allaamah Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimin pernah ditanya mengenai puasa pada hari ke duapuluh tujuh di bulan Rajab serta shalat malam padanya, maka beliau menjawab:
صيام اليوم السابع العشرين من رجب وقيام ليلته وتخصيص ذلك بدعة وكل بدعة ضلالة
“Mengkhususkan amalan puasa pada hari ke duapuluh tujuh dari bulan Rajab dan menunaikan shalat malam padanya adalah bid’ah, dan semua bid’ah itu sesat.” (Majmuu’ Fataawa 20/440)
Kendati demikian, puasa di bulan Rajab disyariatkan karena termasuk bulan-bulan haram. Namun tanpa mengkhususkannya di tanggal-tanggal tertentu dengan keutamaan-keutamaan tertentu pula. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam bersabda:
أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم
"Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram." (HR. Muslim)
❌⛔☝
Maka berhati-hatilah menyebarkan informasi seputar Rajab. Jika yang Anda sebarkan itu hadits palsu, berarti Anda telah ikut-ikutan berdusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam. Kembali kepada prinsip, "Berilmu sebelum berkata dan beramal".
0 komentar:
Posting Komentar