Kamis, 07 September 2017

3 Asas Zuhud

Tiga asas Zuhud
Hamid Al-Laqqaf rahimahullah pernah didatangi seorang lelaki yang berkata kepadanya, “Nasihatilah aku.” Hamid lantas menasihati, “Buatlah pembungkus agamamu, sebagaimana kitab mempunyai pembungkus yang melidunginya dari kotoran.” Lantas, lelaki itu kembali bertanya, “Apa yang dimaksud dengan pembungkus agama itu?” Hamid menjawab, “Pembungkus agama itu adalah : “Tidak berbicara kecuali yang diperlukan. Meninggalkan dunia, kecuali sebatas yang diperlukan. Tidak bergaul dengan manusia, kecuali sebatas yang dibutuhkan.”
Menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, manusia terbagi menjadi empat golongan.
1. orang yang tidak memiliki lisan dan sekaligus memiliki hati. Ini adalah orang yang durhaka, lalai dan dungu. Jangan sampai engkau termasuk dalam golongannya dan jangan pula bergaul dengan mereka karena mereka itu layak mendapatkan azab.
2. orang yang memiliki lisan, tetapi tidak memiliki hati. Ucapan orang ini memiliki hikmah, namun dia sendiri tidak pernah mengamalkannya. Dia mengajak manusia untuk beriman, beramal saleh dan bertakwa kepada Allah SWT. Namun, di saat yang sama, dirinya justru kufur kepada Allah SWT dan menjauhi-Nya. Jauhilah orang-orang seperti ini agar engkau tidak teperdaya oleh keindahan ucapan mereka yang dapat membuat engkau lalai dan terbakar oleh api kedurhakaan.
3. orang yang memiliki hati, tetapi tidak memiliki lisan. Ini adalah orang mukmin yang disembunyikan oleh Allah SWT dari pandangan makhluk-Nya. Kemudian, Allah SWT membukakan mata hatinya untuk dapat melihat kekurangan diri sendiri dan menerangi hatinya. Orang seperti ini adalah waliyullah yang terjaga dalam hijab Allah SWT. jadikanlah orang seperti ini sebagai teladan. Bergaullah dengannya dan berkhidmatlah kepadanya, niscaya Allah SWT akan mencintaimu.
4. orang yang mau belajar, mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Orang inilah yang benar-benar mengenal dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Allah SWT telah memberinya ilmu yang tidak diketahui oleh banyak orang dan Allah SWT melapangkan hatinya untuk menerima berbagai macam ilmu. Terhadap orang semacam ini, janganlah engkau berselisih dengannya , menjauhinya, dan meninggalkan nasihatnya.
Selanjutnya, ketahuilah bahwa fondasi zuhud itu adalah menjauhi segala larangan atau doda, baik kecil maupun yang besar. Sikap ini akan membentuk sifat wara’ (kehati-hatian). Kemudian, melaksanakan semua yang diwajibkan, baik yang mudah maupun yang sulit. Sikap ini akan membentuk sifat tobat dan kembali ke jalan Allah SWT sehingga pelakunya mendapat penerangan hati dan terhindar dari hal-hal syubat, terlebih lagi dari yang haram. Setelah, menyerahkan urusan dunia kepada ahlinya, baik yang kecil maupun yang besar sebab tanpa qana’ah, tawakal seseorang tidak dianggap. Orang yang tak dianggap tawakalnya belum bisa pasrah. Tawakal ialah mantap pada ketetapan Allah SWT dan tidak mengharap uluran tangan manusia. Sementara itu, pasrah ialah taat atau tunduk pada perintah Allah SWT dan meninggalkan keberpalingan dan hal-hal yang tidak pantas.

-NASHAIHUL ‘IBAD, SYEIKH NAWAWI AL-BANTANI-

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

maqolun náhihuin
Lihat profil lengkapku