Kamis, 07 September 2017

Anak Adam Mengandung 3 Unsur

Dalam kitab Hikayat Nur Muhammad diceritakan bahwa tubuh manusia (anak Adam) mengandungi tiga unsur, yakni :
jasad, hati dan roh.

Di dalam roh terdapat hakikat, di dalam hakikat tersimpan rahasia, rahasia itulah yang dinamakan makrifah ALLAH SWT. Di dalam makrifah pula ada zat yang tidak menyerupai sesuatu pun. Rahasia atau makrifah ALLAH  ini dinamakan Insan Kamil. Insan Kamil dijadikan dari Nur yang melimpah dari zat Haqq Ta’ala.

Menurut riwayat, sumber cerita tentang kejadian Nur Muhammad ini bermula dari biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Ibnu Ishaq (sejarawan Islam). Dalam biografi tersebut, Ibnu Ishaq ada mencatat riwayat yang menyatakan bahwa ALLAH SWT telah menciptakan Nur Muhammad dan Nur itu telah diwarisi melalui generasi nabi-nabi hingga ia sampai kepada Abdullah bin Abdul Muthalib dan turun kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian terdapat sejumlah hadis yang menerangkan tentang Nur tersebut, antaranya,
“sesungguhnya yang mula-mula dijadikan oleh ALLAH adalah cahaya-ku (Nur Muhammad)………”.

Beragam pandangan terhadap hadis ini, ada yang menyatakan maudhu’ (tertolak), dhaif (lemah), bersumber dari falsafah Yunani, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa riwayat tersebut boleh diterima karenanya sanadnya bersambung.

Hadis tersebut cukup panjang matannya dan diringkas sebagai berikut:
“Dan telah meriwayatkan oleh Abdul Razak dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah ra, beliau berkata:
“Ya Rasulullah, demi bapaku, engkau dan ibuku, khabarkanlah daku berkenaan awal-awal sesuatu yang ALLAH telah ciptakan sebelum sesuatu!”

Bersabda Nabi SAW: “Ya Jabir, sesungguhnya ALLAH menciptakan sebelum sesuatu, Nur Nabi-mu daripada Nur-Nya’. Maka jadilah Nur tersebut berkeliling dengan Qudrat-Nya sekira-kira yang dihendaki ALLAH. Padahal tiada pada waktu itu lagi sesuatu pun; tidak ada lauh mahfuzh, qalam, sorga, neraka, Malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, jin dan manusia; tiada apa-apa yang diciptakan, kecuali Nur ini.

Dari Nur inilah kemudian diciptakan-Nya qalam, lauh mahfuzh dan Arsy. ALLAH SWT kemudian memerintahkan qalam untuk menulis, dan qalam bertanya, “Ya ALLAH, apa yang harus saya tulis?” ALLAH SWT berfirman: “Tulislah Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah.”

Atas perintah itu qalam berseru: “Oh, betapa sebuah nama yang indah dan agung Muhammad itu, bahwa dia disebut bersama Asma-Mu yang Suci, ya ALLAH.” ALLAH SWT kemudian berkata, “Wahai qalam, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama kekasih-Ku, dari Nur-nya Aku menciptakan arsy, qalam dan lauh mahfuzh; kamu, juga diciptakan dari Nur-nya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apa pun.”

Ketika ALLAH SWT telah mengatakan kalimat tersebut, qalam itu terbelah dua karena takutnya akan ALLAH SWT dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup, sehingga sampai dengan hari ini ujung nya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia ilahiah yang agung. Maka, jangan seorangpun gagal dalam memuliakan dan menghormati Nabi Suci, atau menjadi lalai dalam mengikuti contohnya (Nabi SAW) yang cemerlang, atau membangkang dan meninggalkan kebiasaan mulia yang diajarkannya kepada kita.………dan seterusnya.

Adapun yang mula-mula dijadikan oleh ALLAH SWT adalah Nur Muhammad SAW yang kemudiannya dari Nur Muhammad inilah ALLAH SWT jadikan roh dan jasad alam semesta. Bermula dari Nur Muhammad inilah maka sekalian roh (dan roh manusia) diciptakan ALLAH SWT sedangkan jasad manusia diciptakan mengikut kepada dan dari jasad Nabi Adam as. Karena itu,

Nabi Muhammad SAW adalah ‘nenek moyang roh’ sedangkan
Nabi Adam as adalah ‘nenek moyang jasad’.
Hakikat dari penciptaan Adam as sendiri adalah
berasal dari tanah, tanah berasal dari air, air berasal dari angin, angin berasal dari api, dan api itu sendiri berasal dari Nur Muhammad.

Sehingga pada prinsipnya roh manusia diciptakan berasal dari Nur Muhammad dan jasad atau tubuh manusia pun hakikatnya berasal dari Nur Muhammad. Jadilah kemudian ‘cahaya di atas cahaya’ (QS. An-Nuur 35),
di mana roh yang mengandung Nur Muhammad ditiupkan kepada jasad yang juga mengandung Nur Muhammad. Bertemu dan meleburlah kemudian roh dan jasad yang berisikan Nur Muhammad ke dalam hakikat Nur Muhammad yang sebenarnya.

Tersebab bersumber pada satu wujud dan nama yang sama, maka roh dan jasad tersebut haruslah disatukan dengan mesra menuju kepada pengenalan Yang Maha Mutlak, Zat Wajibul Wujud yang memberi cahaya kepada langit dan bumi, dan yang semula menciptakan, sebagaimana mesranya hubungan antara air dan tumbuhan, di mana ada air di situ ada tumbuhan, dan dengan airlah segala makhluk dihidupkan (QS. Al-Anbiya 30).

Pengenalan terhadap hakikat Nur Muhammad inilah maqam atau stasiun yang terakhir dari pencarian akan makrifah kepada ALLAH SWT, Martabat Nur Muhammad inilah martabat yang paling tinggi, dan pengenalan akan Nur Muhammad inilah yang menjadi
‘kesempurnaan ilmu atau ilmu yang sempurna’.

Al-Hallaj yang mencetuskan teori hulul misalnya menyatakan bahwa Nur Muhammad mempunyai dua bentuk, yakni :

PERTAMA
Nabi Muhammad yang dilahirkan dan menjadi cahaya rahmat bagi alam “tidaklah engkau diutus wahai (Muhammad Rasulullah SAW) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (martabat al-a’yanu’l Kharijiyyah) dan

KEDUA
yang berbentuk Nur (martabat a’yanu’l Thabitah).
Nur Muhammad adalah cahaya semula yang melewati dari Nabi Adam ke nabi yang lain bahkan berlanjut kepada para imam maupun wali; cahaya melindungi mereka dari perbuatan dosa (maksum); dan mengaruniai mereka dengan pengetahuan tentang rahasia-rahasia Illahi.

ALLAH SWT telah menciptakan Nur Muhammad jauh sebelum diciptakan Adam as. Lalu, ALLAH SWT menunjukkan kepada para malaikat dan makhluk lainnya, bahwa: “Inilah makhluk Allah yang paling mulia”. Oleh karena itu, harus dibedakan antara konsep Nur (Muhammad) sebagai manusia biasa (seorang Nabi) dan Nur Muhammad secara dimensi spiritual yang tidak dapat digambarkan dalam dimensi fisik dan realiti.

Menurut sufi, Muhyiddin Ibn Arabi, Nur Muhammad sebagai prinsip aktif di dalam semua pewahyuan dan inspirasi. Melalui Nur ini pengetahuan yang kudus itu diturunkan kepada semua nabi, tetapi hanya kepada Ruh Muhammad saja diberikan jawami al-qalim (firman universal).

Sedangkan menurut pencetus teori ‘insan kamil’, Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428 M) dalam karyanya, al-Insan al-Kamil fî Ma’rifat al-Awakhir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Mengetahui ALLAH Sejak Awal hingga Akhirnya), menyatakan bahwa Nur Muhammad memiliki banyak nama sebanyak aspek yang dimilikinya. Ia disebut ruh dan malak apabila dikaitkan dengan ketinggiannya.

Tidak ada kekuasaan makhluk yang melebihinya, semuanya tunduk mengitarinya, karena ia kutub dari segenap malak.
Ia disebut al-Haqq al Makhluq bih, (al-Haqq sebagai alat pencipta), hanya ALLAH SWT yang tahu hakikatnya secara pasti.

Dia disebut al-Qalam al-A’la (pena tertinggi) dan
al-Aql al-Awal (akal pertama) karena wadah pengetahuan Tuhan terhadap alam maujud, dan Tuhanlah yang menuangkan sebagian pengetahuannya kepada makhluk. Adapun disebut
al-Ruh al-Ilahi (ruh ketuhanan) karena ada kaitannya dengan ruh al-Quds (ruh Tuhan),
al-Amin (ruh yang jujur) adalah karena ia adalah perbendaharaan ilmu tuhan dan dapat dipercayai-Nya.

Oleh karena itu, menurut Al-Jili, tempat tajalli al-Haq yang paling sempurna adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad ini telah ada sejak sebelum alam ini ada, ia bersifat qadim lagi azali. Nur Muhammad itu berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bentuk para nabi, yakni
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa hingga dalam bentuk nabi penutup (khatamun nabiyyin), Muhammad SAW.

Dalam Kitab Khatmul Auliya, diberitakan bahwa Wilayah Dzahir akan ditutup oleh Imam Mahdi Al-Muntadhar. Penutup para Wali Quthub.

Dalam Kitab Futuhat Al-Makiyah yang sangat tebal, Ibnu Araby menjawab 155 pertanyaan yang terdapat dalam Kitab Khatmul Auliya.

Dalam Kitab Mukhtashar Jiddan dijelaskan.
وهوينقسم اءلى متصل ومنفصل
Isim2 Dhamir ada dua yaitu muttashil dan munfashil

Bila dilihat lagi
هو انا هم
Menunjuk pada orang ke 3 pada Munfashil.

Dhamir munfashil ada 12
Salah satunya هو
Bagi laki2 orang ke 3
Dhamir raf'in munfashilun mubtada un mabniyyun 'alal fathi fiy mahalli raf 'in wa qaa imun khabaruhu marfuw 'un bidhdhammatizhzhaa hirah.

Maka tak menselisihi apa yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Karim Al Jilly bahwa هو dimaksud jatuh kepada Nabi SAW sebagai pihak ke 3.

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

maqolun náhihuin
Lihat profil lengkapku